Jika tak kautemu yang kau mau dalam sajakku, bayangkan saja kaki-kaki angin yang letih pada hamparan pasir yang melengkung putih sampai jauh, sampai tak sesuatu mampu kausentuh dengan pandangmu
Atau jerit sakit embun bening tertikam runcing ranting
Dan biarkan anganmu berlari-lari kecil seperti para tetanggamu di subuh hari Minggu Biarkan ia jadi bukan bagian dari dirimu menempuh lorong-lorong kelam tanpa lampu yang di setiap tikungan menyimpan masa lalu
Menggigil dalam sunyi, memanggil-manggil dengan bahasa yang tak kaupahami
Jangan ragu, ia tak akan benar-benar meninggalkanmu Usai menziarahi seluruh tempat yang pernah kaukunjungi ia akan kembali Mungkin letih seperti kaki-kaki angin di hamparan pasir putih yang melengkung jauh di dalam sajakku dimana tak sesuatu pun kautemu
2005 Sitok Srengenge taken from the book On Nothing
Akan terlontar sekeping waktu bila tak terdengar lagi suaramu Hanya gaung fana dari seberang kenang seakan tamu dengan buah tangan kesedihan Kau lebih mesra ketimbang bersit cahaya dari celah jendela yang mendaratkan kecupan-kecupan hangat di pelupuk mata
Selalu kurengkuh dirimu pada serajut kata-kata lembut Kubebaskan pikiranmu mengembara mencari seseorang yang selalu mengubah nama O, betapa banyak ruang gelapmu belum terlintasi kesadaranku
Alangkah cepat embun menguap dari daun-daun jambu itu kemarau kembali bertandang dalam hidupku Di senja lembayung kurebahkan badan langit penuh mambang tangan-tanganku mendekap tubuhmu mengambang di atas bumi kerontang
Angin utara segera tiba merenggutmu menggugurkan helai-helai kenangan di kebun rahasiaku
Air telah lama meresap ke celah tanah mengalir ke dunia entah Di tebing-tebing cadas yang basah masih kudengar gemanya bagai sayup panggilan dari dasar lembah
Serangga malam yang riuh kelepak burung dan lelawa menjauh Kau menjelma bulan dalam remangku mencahayai rumputan jadi ungu, pohon-pohon biru, ceruk-ceruk tanah memeram perih waktu
Derita memang bukan yang dijanjikan namun selalu datang bagai kesetiaan
Dan akan datang sekeping waktu ketika tubuhmu telah jauh dari jangkauku jauh melintasi gunung yang memercikkan bunga api meninggalkan laut yang menyusun pantainya sendiri dengan timbunan-timbunan sunyi
Kemarau kembali bertandang melucuti ketapang dalam diri yang kapang hingga telanjang
2001 Sitok Srengenge taken from the book On Nothing