Monday, December 3, 2007

Ketapang

Akan terlontar sekeping waktu
bila tak terdengar lagi suaramu
Hanya gaung fana dari seberang kenang
seakan tamu dengan buah tangan kesedihan
Kau lebih mesra ketimbang bersit cahaya dari celah jendela
yang mendaratkan kecupan-kecupan hangat di pelupuk mata

Selalu kurengkuh dirimu pada serajut kata-kata lembut
Kubebaskan pikiranmu mengembara
mencari seseorang yang selalu mengubah nama
O, betapa banyak ruang gelapmu
belum terlintasi kesadaranku

Alangkah cepat embun menguap dari daun-daun jambu itu
kemarau kembali bertandang dalam hidupku
Di senja lembayung kurebahkan badan
langit penuh mambang
tangan-tanganku mendekap tubuhmu
mengambang
di atas bumi kerontang

Angin utara segera tiba merenggutmu
menggugurkan helai-helai kenangan di kebun rahasiaku

Air telah lama meresap ke celah tanah
mengalir ke dunia entah
Di tebing-tebing cadas yang basah
masih kudengar gemanya
bagai sayup panggilan dari dasar lembah

Serangga malam yang riuh
kelepak burung dan lelawa menjauh
Kau menjelma bulan dalam remangku
mencahayai rumputan jadi ungu,
pohon-pohon biru,
ceruk-ceruk tanah
memeram perih waktu

Derita memang bukan yang dijanjikan
namun selalu datang bagai kesetiaan

Dan akan datang sekeping waktu
ketika tubuhmu telah jauh dari jangkauku
jauh melintasi gunung yang memercikkan bunga api
meninggalkan laut yang menyusun pantainya sendiri
dengan timbunan-timbunan sunyi

Kemarau kembali bertandang
melucuti ketapang dalam diri yang kapang
hingga telanjang

2001
Sitok Srengenge
taken from the book On Nothing

3 comments:

Anonymous said...

untaian kata yg hebat!!!!

Anonymous said...

yup, setuju, Bang Sitok memang nggak ada matinya

Anonymous said...

eh mbak tanks ya atas commentnya..btw bang sitok punya web g?to blog?wah harus belajar bnyak nich ma bang sitok...